Buya Hamka dikenal sebagai
seorang Ulama Besar Indonesia. Namun tidak banyak buku mengenai kehidupan
pribadi ulama besar kebanggan Indonesia ini. Padahal sumbangsih beliau terhadap
perkembangan Islam dan pendidikan Islam di Indonesia sangat besar. Buku HAMKA :
AYAH ditulis oleh anak laki-laki Buya Hamka, buku ini banyak mengulas
keseharian Buya Hamka dalam keluarga.
Buku
dibuka dengan kata pengantar yang indah dari sastrawan Taufik Ismail. Kata
pengantar yang membuka wawasan siapa Buya Hamka sesungguhnya sebagai seorang
ulama dengan dada yang lapang. Pribadi yang teguh pada Aqidah Islam namun santun dalam tindakan dan tutur kata.
Bab pertama
dibuka oleh penulis dengan dua problema kehidupan yang ditanyakan kepada Buya
Hamka, problema yang sampai sekarang masih ditemukan. Problem pertama,
kegalauan istri menghadapi permintaan suami untuk berpoligami. Problem kedua,
kegalauan seorang hamba dalam hubungan bertetangga. Jawaban yang diberikan Buya
Hamka atas kedua problema diatas sungguh jawaban seorang yang sangat
berhati-hati terhadap akidah Islam. Pada akhirnya, keputusan untuk
menyelesaikannya berada di tangan sang empunya problema.

Dalam bab-bab
selanjutnya ditemukan beragam cerita menarik soal kehidupan Buya Hamka. Cerita
soal beliau beserta istri bahu membahu mendidik sepuluh anaknya. Sepuluh anak
dengan beragam karakter, ada yang
pendiam, yang emosional, yang energik dan lainnya. Dengan selalu
mengedepankan pendidikan agama, beliau memberikan contoh sebagai sarana
mendidik
Sedikit yang
tahu, sebelum dikenal sebagai ulama beliau adalah pejuang di daerahnya, Sumatra
Barat. Bahkan Jendral AH Nasution pernah menawarkan jabatan Mayor Jendral
‘tuliter’ yang dengan halus ditolaknya.
Buya Hamka juga
dikenal sebagai seorang tokoh Muhammadiyah. Padahal beliau pernah ditolak saat
melamar menjadi guru di Sekolah Muhammadiyah karena tidak memiliki ijazah
guru.Sebagain besar ilmu beliau didapat dari belajar secara otodidak dan
berguru ke ulama-ulama besar baik di Sumatra, Jawa bahkan Mekah. Penolakan
diawal tersebut justru melahirkan dendam positif bagi beliau. Semangat berjuang
dan belajar yang semakin meningkat dan akhirnya membawa beliau menjadi ahli
agama yang diakui di dalam dan luar negeri.
Yang menarik
dibaca juga adalah peran wanita di sekeliling Buya Hamka. Penulis menceritakan
dalam satu bab tersendiri peranan Ibunda penulis dalam kehidupan Buya Hamka. Seorang
wanita hebat selalu ada di belakang
setiap laki-laki hebat. Ummi Rabiah yang sederhana dan serba bisa mampu
menyamakan langkah dan pikiran untuk maju bersama Buya Hamka. Bahkan dititik
paling rendah dalam kehidupan beliau, Ummi Rabiah tidak kehilangan jati dirinya
dan terus berpegang pada keyakinan akan janji Allah swt. Saat kehidupan
beranjak naik, Ummi Rabiah mampu menjadi rem Buya Hamka untuk tetap istiqomah
berada di jalur dakwah.
Bab lain yang
juga menarik adalah tentang perjalanan Buya Hamka beserta Ummi Rabiah dan
penulis dari Baghdad ke Mekah melalui darat. Perjalanan yang harus ditempuh
karena Ummi yang sakit dilarang untuk naik pesawat dalam waktu dekat. Beragam
peristiwa yang terjadi selama perjalanan darat mulai dari badai pasir, banjir
di pegunungan granit hingga supir yang mengantuk dapat dilalui dengan takwa dan
yakin pada Allah swt adalah Maha Memelihara dan Menjaga hambaNya.
Buku ini
menuliskan juga sisi lain Buya Hamka yang terkenal keras dan tegas dalam
menegakkan akidah Islam namun santun dalam sikap dan lisan. Karena menurut
beliau, tegas dalam aqidah Islam itu berarti juga akhlak yang baik kepada
sesama. Beberapa Terdapat bagian yang juga memaparkan interaksi Buya Hamka
dengan beberapa tokoh nasional. Walaupun berbeda secara paham, ideologi maupun
sikap politik, toleransi sesama dan
permintaan maaf secara langsung maupun
tidak langsung diungkapkan secara ksatria para tokoh nasional tersebut. Dan
dengan penuh kelapangan dada, Buya Hamka memaafkan tanpa pernah menuntut balas
ataupun dendam. Keimanan terhadap Allah swt telah menjadikan beliau memaafkan
peristiwa, hinaan maupun musibah yang menimpa beliau di masa lalu.
Di akhir buku
terdapat beberapa silsilah keluarga Buya Hamka. Saat membaca silsilah keluarga
inti maupun anak cucu beliau, terbersit pertanyaan, adakah nasihat di bab
pertama buku ini ditujukan untuk keluarga dekat beliau? Jawabannya ada dalam
buku yang mengungkap kenangan seorang anak terhadap Ayahnya ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar